Jumat, 17 Maret 2017

Epidemiologi,Tugas 1.




DATA TENTANG PERUBAHAN POLA PENYAKIT DAN KEMATIAN DI INDONESIA PADA FAKTOR RISIKO KARDIOVASKULER.

Pendahuluan:
Penyakit Kardiovaskular (PKV) merupakan penyebab kematian utama di berbagai negaara maju dan tampak adanya kecenderungan meningkat sebagai penyebab kematian diberbagai negara berkembang. PKV khususnya penyakit jantung koroner (PJK) adalah penyebab yang perlu mendapat perhatian yang lebih mendalam pada negara berkembang. Kemajuan ekonomi memberikan dampak, cepatnya penanggulangan penyakit menular. Sebagai konsekuensinya, di sisi lain, PKV bergeser menjadi penyebab kematian utama dimana sebelumnya penyakit menular merupakan penyebab kematian utama. Tingginya kadar plasma total cholesterol, hipertensi arterial dan kebiasaan merokok merupakan 3 faktor risiko utama PJK. Hipercholesterolemia menempati posisi yang sangat penting sebab hipercholesterolemia adalah satu-satunya faktor risiko yang dapat menyebabkan timbulnya atherosclerosis. Pola makan atau diet erat kaitannya dengan hipercholesterolemia. Pola makan atau diet merupakan salah satu faktor lingkungan utama penyebab timbulnya PJK melalui kolesterol darah. Obesitas khususnya obesitas central merupakan faktor risiko PKV yang juga dapat dimodifikasi. Lifestyles atau pola hidup serta kondisi lingkungan dimana seseorang hidup besar pengaruhnya terhadap derajat status kesehatan sesesorang. Bukti-bukti ilmiah pada akhir-akhir ini menunjukkan pentingnya peranan faktor sosial sebagai determinan dari pada status derajat kesehatan khususnya penyakit tidak menular dalam hal ini penyakit kardiovaskular. Faktor-faktor sosial yang diidentifikasi sebagai determinan suatu status derajat kesehatan antara lain, kemiskinan, stress, pekerjaan, pendidikan, perkembangan & pertumbuhan lingkungan di masa kecil, transportasi, addiksi obat, rokok, alhohol serta pola makan. Studi ini menggunakan data Riskesdas tahun 2007 untuk meneliti gambaran determinan sosial dan faktor risiko kardiovaskuler.
  Pada gambar diatas dapat terlihat secara umum, daerah urban memiliki prevalensi obesitas sentral lebih tinggi dibandingkan daerah rural. Hal ini terlihat pada kategori asupan lemak <30% dan > 30%, pada perokok dan bukan perokok, pada aktifitas fisik kurang dan aktifitas fisik cukup serta pada yang stress dan yang tidak stress. Berdasarkan asupan lemak, prevalensi obesitas sentral daerah rural-urban yang asupan lemaknya > 30% lebih tinggi dibandingkan daerah rural-urban yang asupan lemaknya < 30%. Sama halnya dengan prevalensi obesitas sentral daerah rural-urban bukan perokok lebih tinggi dibandingkan daerah rural-urban bagi perokok. Namun, prevalensi obesitas sentral pada daerah urban yang aktifitas fisiknya cukup (42,5%) justru lebih tinggi dibandingkan daerah urban yang aktifitas fisiknya kurang (38,1%). Sementara pada daerah rural, prevalensi obesitas sentral pada yang aktifitas fisiknya cukup (28,9%) hanya berbeda sedikit dengan yang aktifitas fisiknya kurang (29%). Prevalensi obesitas sentral pada daerah urban lebih tinggi pada yang tidak stress (41,8%). Sedangkan pada daerah rural, prevalensinya lebih tinggi pada yang mengalami stress (34,1%).                                                                                                                                                                                                                                                                                                                     
                                                                                                                                                   Kesimpulan :
Mereka yang tinggal didaerah urban dan juga tinggal di pulau Jawa/Bali, berpendidikan rendah, mengkonsumsi asupan lemak yang > dari 30% terhadap total kalori, tidak merokok, aktifitas fisik kurang dan mengalami stress merupakan faktor determinan yang cukup bermakna terhadap variasi kadar cholesterol darah dan prevalens obesitas. Kondisi faktor-faktor lingkungan sosial atau pola hidup pada mereka yang tinggal di daerah urban ini merupakan determinan variabel yang dapat dimodifikasi seperti asupan makan lemak/pola makan, aktfitas fisik dengan demikian faktor risiko kardiovaskular khususnya hypercholestolemia & obesitas dapat dicegah.
                                                                                                                                                          Daftar pustaka:
www.depkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/buletin/buletin-ptm.pdf

Tidak ada komentar:

Posting Komentar